Rabu, 02 April 2014

Centil, sok akrab dan mudah jatuh cinta merupakan karakter yang dimiliki Rara. Di sekolah, banyak sekali cowok yang dekat dengannya.
Di tahun pelajaran baru, seperti biasanya pasti ada mahasiswa yang biasa disebut dengan PPL datang dan mengajar sementara di sekolah. Rara terpikat oleh beberapa PPL itu, sebut saja Arman, Manan dan Dika. Ya memang karena dia mudah jatuh cinta, jadi tak hanya satu cowok yang dia suka tapi tiga sekaligus. Rara mencoba untuk mendekati satu per satu PPL itu, dengan trik ingin menanyakan materi pelajaran yang baru saja diberikan. Sang PPL pun dengan senang hati pasti selalu menjawabnya dan mengajarkannya kembali kepada Rara.
Pagi itu pelajaran Bahasa Indonesia, yang akan di ampu oleh Manan. Tiap kali Rara memandang wajah Manan, hatinya selalu berdebar-debar. Jam pelajaran pertama itu membuatnya tak berkonsentrasi, wajarnya memerah dan tersenyum-senyum sendiri.
“Rara! Coba kamu jawab soal nomer 1”, seru Manan kepada Rara.
“I… i.. iyah mas, jawabannya C”, jawab Rara gugup.
“Ya! pinter kamu”, sahut Manan.
Rara pun lega bisa menjawab pertanyaan itu, padahal dia sempat tak memperhatikan pelajaran tersebut karena hatinya yang gelisah.
Kring!! Bunyi bel pergantian jam. Rara merasa sedikit sedih karena tak lagi bisa menatap wajah tampan Manan lagi. Pelajaran berikutnya adalah PKN. Rara kaget, Arman masuk ke kelasnya. Rupanya dialah guru yang akan mengampu mata pelajaran PKN. Lepas dari pesona Manan, kini dia kembali menggila oleh Arman. Lagi-lagi dia tak konsentrasi, tetapi malah melamun dan terus memperhatikan gerak gerik PPL yang ia suka itu.
“Ra, kamu gila ya?”, kata salah seorang teman sekelasnya.
“Apa sih!! aku kan lagi seneng aja, emang gak boleh apa!”, jawabnya.
“Hust.. hust.. hust… ada apa sih? Tenang dong, kita kan lagi belajar” sambung Arman.
Pelajaran kembali berlangsung. Rara sedikit kesal oleh temannya tadi, tapi hal tersebut mulai ia lupakan dan berusaha mengikuti pelajaran dengan konsentrasi.
Tak lama kemudian bel berbunyi dua kali itu tandanya istirahat. Arman masih duduk manis di bangkunya dan sedang mengisi daftar hadir. Rara berinisiatif untuk mendekatinya dan berbincang-bincang dengannya.
“Mas, boleh minta nomor hpnya gak?”, tanya Rara.
“Buat apa dek?”, jawab Arman.
“Cuma buat tanya kalau ada tugas dan pelajaran yang aku gak paham aja kok mas, plisss!”, Rara memohon.
“Iya deh ni, tapi janji ya jangan di salah gunain lho!”, kata Arman memperlihatkan hpnya yang tercantum nomornya.
“Makasih ya mas”, sahutnya membendung rasa bahagia karena sudah bisa mempunyai nomor orang yang ia sukai tersebut.
Malam harinya Rara teringat oleh nomor hp Arman. Ia penasaran apakah nomor itu aktif atau tidak. Kemudian dia kirim sms dan ternyata smsnya di jawab. Banyak hal yang mereka bicarakan di pesan singkat tersebut. Hingga tak terasa sampai larut malam, pukul 00.00 mereka memutuskan untuk mengakhiri smsan.
Esok harinya jam pelajaran kelasku kosong, tak satu guru pun masuk memberi tugas. Dari kejauhan Rara melihat Dika langkah demi langkah mendekat. Ternyata dia ingin mengisi kekosongan kelasku dengan pelajaran bebas. Berdebar-debarlah jantung Rara mendengar untaian kata yang keluar dari bibir manisnya. Sosok Dika adalah PPL terlucu, dengan Cuma-Cuma dia berbagi nomor hpnya yang ia bubuhkan di papan tulis. Rara segera menulis dan menyimpan nomornya.
“Wah ini PPL baik banget ya, makin suka aku sama dia”, katanya dalam hati.
Semakin hari Rara semakin merasa dekat oleh Arman dan Dika. Mungkin karena mereka selalu smsan tiap hari. Tiba-tiba muncul di benaknya tentang Manan. Dia juga ingin sekali memiliki nomor hpnya.
“Mas Manan… gimana ya caranya aku buat bisa dapetin nomornya? Harus tanya siapa?”, gumannya dalam hati.
“Mungkin aku bisa tanya mas Dika, karena dia kan sahabat dekatnya dan juga sama-sama jurusan Bahasa Indonesia”, sambungnya.
Berlari ke ruang PPL, pagi itu kebetulan masih sepi dan baru Dika lah yang sampai di sekolah. Rara menghampiri dengan pelan-pelan.
“Dorrr…!!”, teriak Rara mengagetkan Dika.
“Rara, kamu ngagetin aja sih, jantungan nanti aku”, kata Dika dengan suara agak tinggi.
“Emm, iya deh mas maaf ya, aku Cuma bercanda”, sahut Rara dengan nada rendah dan senyuman manis.
“Oke lah aku maafin, tumben kamu Ra, pagi-pagi udah nyamperin aku”, ujar Dika heran.
“Ini mas sebenarnya aku mau minta nomernya nomornya mas Manan”, kata Rara.
“Cie.. ciee.. naksir ya kamu sama Manan”, kata Dika mengejek.
“Engak kok mas, Cuma mau tanya masalah presentasi tugas kemarin aja kok”, jawab Rara.
“Hahahaaaa.. suka juga gak papa kok”, Dika menertawakan Rara.
“Ah, mas Dika ya udah deh kalau gak boleh”, Rara kesal dengan Dika.
“Jangan ngambek dong, ni nomornya tapi beneran ya, Cuma buat tanya masalah tugas bukan yang lainnya”, Dika memberikan secuil kertas yang ada nomor hpnya Manan.
Setelah mendapatkan nomor tersebut Rara langsung mencoba menghubunginya. Tetapi begitu di angkat dan terdengar suara Manan mengucap hallo, Rara langsung memutuskan panggilan tersebut karena tak ingin mengganggunya.
Hari berganti hari tak terasa sudah dua bulan berlalu. Rara mendapat kabar bahwa para mahasiswa PPL ternyata hanya selama dua bulan saja mengajar di sekolahnya. Seketika badannya dingin, hatinya luluh lantah. Dengan tegar dia mencoba menahan air matanya dan menanyakan kebenaran kabar itu kepada salah seorang guru dan memanglah benar. Guru tersebut berkata bahwa tinggal satu minggu lagi mereka ada di sekolah tersebut.
Rara tak ingin menyia-nyiakan waktu yang tersiksa ini. Dia pun sempat meminta foto kepada setiap PPL yang ia sukai itu. Dengan senang hati mereka juga mau berfoto dengan Rara. Namun di hari-hari akhir ini Arman, Dika dan Manan tak pernah lagi masuk ke kelasnya dan memberi pelajaran. Rara sungguh merindukan masa-masa keseruannya ketika bisa di ajar oleh PPL tercintanya. Selain itu menjelas tiga hari terakhir, Manan tak kelihatan, hanya Arman dan Dika lah yang hadir itu pun Cuma sebentar kemudian kembali ke kampusnya. Hari-hari menjadi sepi, smsnya juga kini jarang di balas, jika di balas yang terbaca hanyalah “maaf lagi sibuk”. Rara kini sering melamun, yang dulunya periang, centik dan sok akrab sekarang menjadi pribadi yang pendiam. Rupanya ketiga PPL tersebut mampu merubah sikapnya. Mungkin itulah yang dinamakan arti sebuah kehadiran cinta. Baru kali ini dia merasakan hal seperti ini.
Dua hari terakhir Rara melihat para PPL yang ia cintai itu. Dia mencoba ingin mendekati mendekati tetapi sayang sekali di ruangan itu ada dosen dan para guru yang sedang menilai mahasiswa-mahasiswa PPL tesebut. Dengan berat hati Rara kembali ke kelasnya dan tak bisa bersama, bercanda juga berbincang dengan mereka. Sempat air matanya menetes karena hatinya yang tak mampu membendung kesedihan dan kepedihan yang ia rasakan.
Di hari terakhir, Rara semakin sedih. Dari dalam kelas kelas Rara hanya bisa menangis, tetapi ketiga PPL tersebut sempat juga memandangnya dan memberikan senyuman yang mungkin akan menjadi senyuman terakhir untuknya.
Sesi pemotretan para mahasiswa berlangsung di kelasnya. Hal tersebut semakin membuatnya semakin sedih. Rara yang menyaksikan pemotretan itu mencoba tak mengedipkan matanya karena ia tak mau air matanya tumpah lagi.
“Dek sini! Ayo kita ikut foto-foto lagi”, kata Manan mengajaknya.
Mendengar hal tersebut dia senang walau pun harus menyembunyikan sebagian kesedihan.
“Iya sini Ra, narsis-narsis bareng kan besok kita udah gak di sini lagi”, sahut Arman.
Melangkah mendekati mereka sambil memberikan senyum kesedihan dan Rara pun berfoto bersama mereka. Dia juga berfoto berempat bersama ketiga PPL tersebut.
Foto tersebut langsung jadi, Rara pun meminta fotonnya tadi. Tak Cuma itu, dia juga meminta tanda tangan yang dibubuhkan di balik foto.
“Mas, jangan pernah lupain aku ya, kalian juga sering-sering dong main ke sekolah ini. Banyak hal yang akan aku lupain ketika mas-mas ngajarin aku dan sebenernya aku sama kalian. Bagiku mas Arman, Dika dan Manan adalah PPL terbaik”, kata-kata di hadapan ketiga PPL tersebut.
“Pasti, kita gak akan lupain kamu, kamu kan anak pinter dan baik hati. Kalau ada waktu pasti kita kesini, iya kan temen-temen”, sahut Arman menghibur Rara.
“Iya dek, jangan sedih dong”, sambung Dika.
“Bener Ra, kalau misalnya kita gak bisa kesini kamu boleh kok datengin kita ke kampus”, ucap Arman.
“Makasih ya mas, kalian gak akan aku lupain sampai kapan pun”, kata Rara merangkul ketiga PPL itu.
Rara pun kini menjadi lebih dewasa oleh pengalaman yang baru saja ia alami itu. Dan pengalaman itu akan ia jadikan lembaran cerita di cacatan kehidupannya.

SELESAI.








Cerpen Karangan: Anis Puspita Sari
First love 1704-2011
Sore ini, sambil menikmati gorengan dan teh hangat yang dibuatkan mama, duduk di teras rumah. Aku melihat lalu lalang pengemudi kendaraan yang lewat di depan rumahku. Entah mengapa aku merasa nyaman duduk di tempat ini. “I will always love you kekasihku… tersentak aku mendengar suara hp-ku. “Mbak, besok jadi kita ke fantasy Island, dijemput jam 8, siap-siap ya” ku baca sms dari tanteku…
Hhhmmmbbb…
Asyik ternyata jadi juga liburan besok
Dalam mobil kami bernyanyi-nyanyi dengan lagu-lagunya Rosa, kebetulan aku dan tante sama-sama menyukai lagunya rossa, 1 setengah jam perjalanan, sampailah kami di Fantasy Island.
Sementara, tante dan mama mempersiapkan makanan. Aku berganti pakaian dan menuju kolam arus.
Bbbrrrhhh… Kulawan rasa dingin itu, walaupun masih terlihat pagi tapi mentari sudah nampak jelas.
“Ayooo… cepat mbak!!!” teriak adikku di ujung sana.
Hahahah aku keduluan, “Iya tunggu aku akan menyusulmu” jawabku.
Ditemani oomku dengan berenang bersama…
Bbraaakkk…
“eh maaf-maaf”. ujar cowok ganteng
“Amboyyy ganteng juga ni cowok”. Ujarku dalam hati
Tapi aku tetap saja meneruskan permainanku dengan adik dan oomku
Saking asyiknya bermain, tak kusadari 4 pasang mata itu memperhatikanku, merasa diperhatikan aku pun memberi senyuman termanisku. Aku pergi meninggalkan adik dan oomku. Tepat dugaanku ke-4 cowok itu menyusulku.
“hayyy… aku ferry, sendirian ya?” sapa cowok ganteng itu.
“oh… iya hehe, kamu?” jawabku dengan kaget.
Temannya menyusul… aku Army, aku Ary.
Tapi tatapan mataku tertuju pada 1 cowok, cowok yang cuek, sok belagu, temannya ferry juga sih, saat ku tanya namanya Dian.
“boleh minta nomor hpnya?” ujar Army
Cepat kualihkan mataku dari si cuek Dian, “ohh… iya boleh” sentak ku jawab.
“Gimana caranya ni kan gak ada hp?” ujarku lagi.
“Kami bisa menghapalnya kok” jawab Army.
Dari ke-4 cowok itu memang army yang terlihat lebih agresif mendekatiku.
Aahaeeeyyy
Tak terasa 3 jam sudah aku berenang,
“ayo kita menaiki kereta gantung” teriak oomku.
Aku pun berlari mengejar oomku, eiittzzz ketemu lagi deh dengan cowok sok cool itu, tetapi army dan ferry pun tak nampak batang hidungnya.
Kuberikan senyuman untuknya…
Hhuuuaaa…
Kok ketemu melulu siiihh, jangan-jangan…
Akh…
Cuma khayalanku saja.

“dulu pernah ada cinta, dulu pernah ada sayang. Namun kini tiada lagi perasaan seperti dulu, kini tiada lagi kisah, cintakku telah musnah hancur hatiku telah kau sakiti perasaanku…”
“Ini febby ya?”
“Iya ini febby, siapa ni?”
“Tebak dong siapa. hhmmbbb…” terdengar suara dari sebrang sana.
“Dian ya?”
“Ih dasar, kenapa mau bicara dengan Dian ya…”
“Ah gak juga…”
“Aku yang pake baju putih itu lohh…”
“Oohhh… army”
“Yappz benar”
“Lagi dimana?”
“Ini udah di jalan mau pulang”
“Smsan aja ya berisik banget ni”
telepon pun ku tutup
Sepanjang perjalanan aku pun teringat kejadian disana tadi, asyik seru kocak, hhuuaaammm… sms terus berlanjut sepanjang perjalanan, malam, pagi, siang, sore dan seterusnya…
Melihat kecuekan Dian aku jadi penasaran, seminggu berselang, Dian datang ke rumah. Ternyata asyik juga orangnya gak secuek yang kubayangkan. Mendengar kabar Dian datang ke rumah, Army pun tak mau ketinggalan. Oh Army… senekat itukah dirimu?
Kamis, 17-04-2010
Bbrrruuaaahhh…
Terpatri di hatiku, namamu Army. kaulah cinta pertamaku, pertama sekali memang keluargaku kurang yakin tentang hubungan ini. Nggak salah tuh mama yang pertama kali protes, perbedaan usia dan pendidikan lah jadi kendala. Army yang sudah menyelesaikan S1-nya. Aku yang baru masuk bangku SMA.
Achhh mama, cinta itu kan gak pandang usia, asal kita ikhlas ngejalani dengan apa adanya dan nyaman. Nonton pertama kali, jalan malam pertama kali ku dengannya, Army gak seperti kebnyakan cowok yang ku kenal sebelumnya, dia lebih banyak membimbingku dan menjaga sikapku sebagai ABG.
Hubungan kami hanya sebatas 4 bulan, karena dia kerja dan pergi ke jakarta. Komunikasi terus berjalan tapi hanya via FB, gak tau apa karena Army yang ingkar janji, apa karena aku yang bosan, perjalanan cinta ini bertambah hari bertambah hambar, gak ada lagi kata-kata mesra dan perhatian kecil untukku. Hati kecilku bertanya, apakah ada yang lain di hatinya…
“Hancur-hancur hatiku… 3x” di iringi suara olga yang pas-pasan.
Army menyatakan kita tak sejalan lagi…
Walaupun hatiku sedih, gengsi dong menolaknya? ku terima semua keputusannya…
Dengan air mata…
Hancurlah cinta pertamaku…
Hari terus berlalu, saat-saat sekolah bertemu teman-teman yang kocak, ceria, bawel, nakal, jahil semuanya ada deh buat hati ini sedikit demi sedikit bisa melupakan dia, sering juga ingin rasanya aku merasakan cinta lain, tapi tak pernah lebih dari satu bulan.
Setiap ku akhiri dengan cowok wajah Army selalu terbayang, mengapa ya di dunia ini gak ada cowok yang seperti dia lagi, selalu mengalah untukku, yang gak pernah mengatakan TIDAK dengan keinginan walaupun ku tau terkadang tak sejalan dengan hatinya…
Yaaa… penyesalan selalu datang terlambat, dia sudah jauh disana, entah siapa pemiliknya, hatiku sakit mengingatnya.
04-02-2011
Tepat pukul 12 malam, hpku berbunyi, aku kaget dan terbangun dari tidurku. Suara yang tak asing lagi ku dengar,
“HAPPY BIRTHDAY MY SWEETTY” terbelalak mataku.
Bukankah itu suara yang selalu ku tunggu selama ini, ternyata tak seburuk ku duga, dia selalu ingat hari terpenting dalam hidupku, yaitu ultahku, so sweet
Sejak itu komunikasi berlanjut lagi, Army yang sekarang bukan Army yang dulu lagi. Perhatiannya, kocaknya, lebih dari waktu dulu saat pertama kali kenal.
Amboooyyy seandainya dia belum ada yang punya, Ooo tapi gak mungkin di Jakarta itu gudangnya cewek cantik, apalagi dia sekarang sudah kerja cewek mana yang gak mau dengan sarjana yang masih muda, bekerja di salah satu Bank NEGERI, ciiuut hatiku mengingat itu? hhiikksss…
10-03-2011
Aku ingin memberikan kejutan istimewa juga seperti dia berikan padaku, mengucapkan HAPPY BIRTHDAY pertama kali
Terlihat bahagianya dia dengan perhatianku ini?
“Dd sudah punya pacar belum?” tanya-nya.
Terkejut aku mendengar pertanyaan itu, lalu di malam yang sunyi itu dia mengingatkan aku dengan lagu AISHITERU lagu kenangan dulu…
28-03-2011 pkl. 22:30
Dia datang malam itu juga membawa sedikit oleh-oleh buat keluargaku…
Pagi hari mama menceritakan kejadian semalam, hhuuuffttt…
Jadi penasaran gimana si orangnya sekarang, nyesel deh semalem tidurnya kecepetan
Komunikasi terus berjalan, sekali waktu dia ngajak jalan, ternyata dia masih seperti yang dulu, perlahan rasa cinta yang dulu tumbuh kembali untukmu Army.
Doa 2011 ternyata sudah dipersiapkan Army untuk melanjutkan hubungan ini, tentu saja aku menerimanya, benih-benih cinta itu kembali mekar bersemi di hati, setiap hari selalu ada sms darinya, terisilah hatiku dengan dia lagi, cinta pertamaku kini telah menjadi miliku lagi.
Sebulan berlalu gak terasa, tanpa masalah, tanpa beban, kujalani cerita cintaku dengan nyaman, sesuai dengan doaku 1704.2011, namun tetap sejuta tanya mengisi jiwa akankah semua abadi selamanya…










Cerpen Karangan: Febby Rizqy Febriyanti
Sahabat Pesawat Kertas
Senja telah tiba
Siang telah berlalu…
Gelap malam telah menanti dengan senyum beribu bintang….
Yang setia menemani bulan….
Seperti Kyky Larasasti yang setia mendengar cerita Andika Diano yang tak henti hentinya selalu menanyakan kebiasaan pacarnya yang sekaligus cewek itu adalah sahabat Kyky, tak Cuma bertanya dia menyodorkan Hpnya agar Kyky bisa membaca sms dari cewek itu dan ia bisa mendengar komentar dari kyky tentang sosok pacarnya. Tapi kyky hanya terdiam memendam rasa sakit, sakit hati seorang wanita yang telah dicampakkan tanpa dihargai keberadaan cintanya namun ia tetap tegar dengan tatapan mata yang tajam dan berkaca-kaca Kyky, mulai merangkai kata untuk mengungkapakn isi hatinya “kenapa, kenapa kamu selalu minta aku seperti ini ka kenapa kenapa lo selau minta pendapat gue, lo pacarnya seharusnya lo lebih tau daripada gue tapi kenapa lo selalu nanya itu terus kalau aku bilang dia masih sayang sama mantanya apa lo percaya ka apa lo bakal nurutin gue kalau gue bilang loe putusin dia, loe tu harus sadar sekarang lo udah punya dia ka dan dia prioritas utama lo saat ini kan sampai sms dari gue aja lo gak bales atau mungkin di hp lo udah gak ada kata kyky”. Kata-kata itu dibalas Dika dengan tawa yang terbahak-bahak dengan memegang tangan kyky dan menatap matanya dia bilang “Asal kamu tahu ky kamu itu udah kayak ibu aku dokter aku kakak aku adik aku kamu itu segalanya untuk aku tanpa jadi pacar aku pun kamu punya tempat sendiri di hatiku yang gak bisa ditempati orang lain”
“Ya terserah lo lah Ka loe mau bilang apa juga aku percaya, aku mau pulang aku capek aku mau mandi”
“ky.. ky loe tu ya cewek cantik cantik kok sore gini belum mandi, pantesan aja gak punya pacar eh ya ky I love you, I Miss U, I need U FOR EVER” kyky hanya tersenyum dan pergi sambil mengusap air mata yang sudah nggak bisa di tahan dari kelopak matanya dan ia sembunyikan dari dirinya sendiri kalau dia tak hanya cinta dengan cowok itu tapi dia tulus untuk menyayanginya dan menerimanya
Saat Kyky belajar Hpnya bunyi satu sms masuk dari Andika “Ky lo lagi apa aku ganggu gak aku nyusahin lo gak aku mau curhat ky please kamu kesini ya temenin aku, aku butuh temen aku butuh kamu caby sekarang dia berubah ky aku mau putus menurut mu gimana Ky”
“Terserah itu hak kamu putus atau pacaran terus, apapun pilihan mu gak bakal ada untungnya buat aku”
“Yah lo ky kok gitu sumpah ky gue butuh nasehat lo sini ow ky lihat bintang sama aku sambil curhat curhatan”
“Males gue lagi belajar!!! besok aja ya kalau nggak gitu lo sms aja deh pasti gue bales”
“Yah lo ya udah deh lo belajar aja dulu SELAMAT BELAJAR CABIE!! Gue curhat ke ita aja ntar pasti ita ceritanya ke lo juga”
“Ya pastinya to, kan dia sohib gue semoga lo bisa pilih yang terbaik ya amin”
“Andai esok aku tak akan bisa lagi menatap bintang, melihat bulan dan merasakan desiran angin akan kah aku tetap bisa bercanda dengan mu sahabatku, masih bisakah aku melihat tawamu, dan masih sanggupkah aku mengusap air matamu”
“Andika Diano itu kata kata kata gue kenapa lo buat puisi”
“aku gak bercanda, ky sumpah gue bingung harus gimana? ya udah lah ky mungkin hanya sampai di sini aja”
Dan saat kyky baca sms dari andika yang terakir, air mata Kyky telah mengalir dari sela-sela kelopak nya, entah mengapa Kyky tak pernah sanggup melihat sahabatnya itu mengalah dengan keadaan dan menyerah begitu saja tanpa harapan. Karena air mata yang terus menetes itu buku pelajaran kyky telah basah bahkan tugas puisi yang Kyky buat telah luntur oleh tetesan air matanya sendiri. Karena itu Kyky berhenti mengerjakan tugasnya dan mengambil satu kertas di sampingnya dan tangannya mulai menggores kan tinta dengan rangkaian kata tentang isi hatinya.
Mungkinkah ini yang namanya kasih sayang, aku harus rela melepaskan orang yang aku cintai demi kebahagiaannya, atau mungkinkah ini yang namanya pengorbanan aku harus tersenyum melihat mereka berdua walau kadang hati ini sakit, Ya Alloh aku tahu cintaku ini cinta terlarang karena itu aku berusaha menghapus cintaku. Ya Alloh bantu hambamu yang lemah ini untuk belajar ikhlas melepas seseorang yang bukan untuku ampuni aku jika aku memaksa diriku untuk terus melupakannya. Ya ALLOH bantu dia menemukan titik terang dari masalahnya amiin.
I LOVE YOU ANDIKA
Setelah Kyky selesai menulis surat, ia lipat suratnya menjadi pesawat kertas dan diterbangkannya ke angkasa agar bintang yang tersenyum di malam itu bisa tahu isi hatinya walaupun ia tahu tak mungkin surat pesawat kertasnya itu bisa sampai ke bintang, tapi satu yang ia yakini doa setiap insan manusia akan selalu terdengar oleh sang Maha Kuasa yang selalu yang tak pernah tidur karena menjaga hati para umatnya. Itu yang membuat kyky selalu sujud padanya dan berdoa semoga diberikan jalan terang di setiap langkahnya dan setiap tindakannya.
Semenjak itu Kyky tak bertemu dengan dengan Andika bahkan inbox yang biasanya penuh dengan celotehan sahabatnya itu, kini satu pun tak ada nama Andika. Tapi semua itu tak seburuk yang Kyky bayangkan karena saat kyky berjalan ke tempat neneknya, tepat di samping rumah Andika ada suara yang memanggilnya dari dalam rumah “Ky mau kemana? ntar kalau mau pulang kesini dulu aku mau cerita penting”
Ketika kyky pulang andika sudah duduk di depan rumahnya tapi kyky tetap berjalan dan tak menghiraukannya tapi suara andika terdengar jelas di telingganya
“Ky tunggu kenapa lo ngehindar dari aku”
Sepontan kyky berhenti dan berjalan menghampiri Andika
“Duduk ow ky aku mau cerita”
“Cerita apa lagi, katanya putus apa lagi yang mau di ceritain lo mau cerita papanya Latri marah lihat tingkah lo, dan semua itu gara gara adik ku atau lo mau aku kesini karena lo mau marah atas kesalahan adik ku, ya aku minta maaf tapi satu sebenarnya itu salah lo sama cewek lo sendiri”
“Hus, ini ni minum dulu biar adem hatimu gak ngomong terus, ky aku udah gak bisa ngelanjutin hubungan itu lagi karena aku sadar semua yang kamu bilang itu ada benernya dia masih cinta sama Tomi dan kata hidup dengan dia itu bagaikan drama cinta itu sekarang aku tahu maknanya saat ini aku mau kayak kamu fokus ke sekolah biar bisa jadi pak dokter naik helikopter dan aku aka setia sama kamu aja boleh kan?”
“Ya ya ya… he maksud loe apaan ka?”
“Aku akan setia jadi sahabatmu selamanya”
“Bicara sih enak tapi buktinya kemarin lusa lo kemana?”
“Aku sibuk belajar dari kamu jadi orang baik yang selalu jalani hidup ini dengan senyum walau sebenarnya sakit hati tapi nggak pernah lihatin semua itu masa walau kadang jengkel dan marah tapi kamu gak pernah benci sama orang yang membuatmu marah”
“Semua itu tinggal gimana kita bisa beradaptasi dengan suasana, dan lo gak bakal bisa jadi gue karena Andika Diano itu bukan Kyky Larasasti cewek bodoh yang ada di depan loe yang selalu dapet cemoohan karena semua hasilnya, tapi cemoohan itu yang membuat seorang Kyky larasati bisa duduk di sampingmu saat ini dan tetap kuat jalani hidupnya karena yang dia tahu hidup itu hanya sementara dan untuk dijalani bukan untuk dirasakan, ditangisi apa lagi di sesali”
“Karena menurut lo penyesalan dan menangisi nasib hanyalah menyia-nyiakan waktu, seperti tokoh yang ada di novel Frist Love Dilema yang menganggap waktu itu kejam ia datang dan pergi begitu saja bahkan waktu membawa hari baru yang mungkin itu akan jadi hari terakir kita bersama orang orang yang kita sayangi, ky janji ke aku ya jangan ninggalin aku sendiri.”
Kyky hanya tersenyum dan meledek nya “lebay lo, aku mau pulang ni gelasnya, makasih es nya ya lain kali gak usah lebay aku itu akan ada buat kamu kapanpun itu”
“Ya udah pulangnya sama aku ya tak boncengin sekalian aku mau main ke rumah Arip” Saat mereka berdua naik sepeda semua mata tertuju pada mereka dan sedikit kata yang menyakiti hati kyky terlontar dari mulut tetangganya “lho lho yang dulu apa udah basi kok ganti baru” Andika pun hanya tersenyum dan berhenti tepat di depan rumah kyky. Tapi Alloh telah berencana lain saat kyky turun mantan Andika lewat dengan tatapan sinis ke mereka berdua, saat kyky turun dari sepeda pergi ke rumah Latri untuk ngejelasin semuanya tapi sahabatnya itu marah dan menganggap kyky yang merusak semuanya hingga dia putus dan kyky juga yang merebut Andika dari dirinya, karena selama ini hanya kyky yang dekat dengan Andika.
“Gue kira loe teman masa kecil gue yang bisa jadi sahabat selamanya tapi ternyata? hanya ita yang bisa jadi sahabat gue gak usah kamu anggap aku sahabat lagi pergi lo pergi!”
Tanpa sepatah kata kyky pergi dari tempat itu dan saat ia melangkah ia melihat burung dara yang jatuh karena sayapnya terluka tapi burung itu tetap berusaha untuk terbang walau mungkin terbangnya tidak sempurna. Dari situ kyky sadar mungkin semua ini adalah ujian dan ia harus kuat untuk kembali memperbaiki semua ini walau dia tahu nanti tak akan bisa sesempurna yang dulu karena telah ada retakan di persabatanya itu.
Esok setelah beberapa hari kyky hanya kontak dengan andika dan ita, mereka sepakat ketemu di danau tempat mereka dulu bermain bersama dan mereka bertiga mengungkapkan isi hatinya berawal dari ita “Maaf aku gak terlalu mengerti dengan urusan ini yang aku tahu kamu putus dengan latri ya sudah semua selesai ternyata aku salah dan jika kamu tau kerena hubungangmu dengan latri persabatan kita bertiga rusak karena latri selalu urusin kamu dan cowok cowoknya yang lain” disambung Kyky “Memang keretakan ini berawal dari pertama kamu nembak latri saat itu dia berubah di tambah kemarin dia tahu kamu boncengin aku mungkin kita akan tetep jadi sahabat selamanya tapi gak selamanya kita akan bersama terus seperti dulu yang selalu bercanda lari larian dan kegilaan kegilaan yang lainnya tapi persahabatan kita yang sekarang akan selalu ada saat kita sedih saat kita senang bahkan disaat kita menangis karena srehabat akan selalu ada dimanapun kita berada karena dia tempatnya di hati kita.”
Andika “Maafin aku, karena aku kalian jadi begini tapi apapun yang terjadi kita akan jadi sahabat dan jika kalian kembali ke teman masa kecil kalian titip salam maafku karena aku gak mu yang katanya dengan ngungkapin isi hati kita di secarik kertas dan menerbangkanya bisa buat kita lega dan agar semua tahu persahabatan sangatlah berarti jika kita saling mengerti” saat itu Latri datang bersama mantanya Tomi dan teriak “Apa itu yang namanya sahabat dan apa aku bukan sahabat kalian lagi? maafkan aku ya karena aku telah lupa kalau ada kalian disaat aku terjatuh kalian yang selalu ada walau aku terkadang buat kalian jengkel tapi kalian tetap sayang sama aku dan buat andika maafin aku karena aku gak mencintaimu dan aku memilih dia. Maafin aku ya karena mungkin kita lebih baik jadi sahabat,” kalimat itu di potong dengan Ita “kelamaan pidatonya ayo kita terbangin pesawatnya aja terus ntar beli corah di traktir yang baru jadian tu.. satu dua tiga yeee. pesawat kertas itu telah terbang mereka nyanyiin lagu soundtrack suatu sinetron di RCTI
tunjukanlah pada dunia sahabat sejati kan abadi selamanya…
jangan pernah kau bersedih, jangan pernah kau rasakan sepi
jangan pernah kau bersedih jangan pernah kaurasakan sepi
meski semuanya telah pergi sahabat kan datangi sahabat yang sejati…
lagu itu yang selalu mereka nyanyiin saat mereka bersama dan lagu itu yang menjadi inspirasi buat mereka walaupun banyak perbedaan di antara mereka tapi mereka tetap menjadi sahabat.

Selesai







Cerpen Karangan: Intan Risky
Ini adalah ceritaku, Bintang, yang pada akhirnya harus meninggalkan sebuah surat untuk seseorang yang tak pernah menyadari bahwa cinta itu selalu sangat dekat, walaupun terkadang jalannya adalah jalan yang penuh liku. Kita mulai cerita ini dari sejak saat Dian, adikku satu-satunya itu belum bertemu dengan cowok bernama Gilang.
“Dian, kamu nggak biasanya tampil rapi begini? Mau kencan ya?” tanyaku dengan nada yang sedikit menggodanya. Wajah Dian tampak memerah malu tapi dengan cepat dia segera membalas pertanyaanku itu untuk menutupinya. “Aku kan cewek kak. Aku juga ingin tampil cantik sekali-kali” balas Dian dengan tersipu malu. Dian berjalan ke halaman depan sudah dengan penampilan yang sangat feminin. Ayah pun yang kebetulan sedang ada di teras rumah membaca koran pagi itu ikut melirik Dian dan mengomentari penampilannya yang tak biasa itu. “Wah, anak Ayah cantik sekali hari ini. Nggak biasanya kamu dandan secantik ini buat pergi ke kampus,” komentar Ayah. “Aku kan cewek Yah. Wajar dong aku tampil cantik,” kata Dian membela diri. “Ayah mengerti. Ayah cuma agak kaget kok tiba-tiba anak Ayah berdandan serapih dan secantik ini. Ayah bangga deh sama kamu Dian” puji Ayah. “Ya sudah, Bintang, kamu antar adikmu ya. Hati-hati di jalan” lanjut Ayah lagi. “Ah, tidak usah Yah. Aku naik bus saja hari ini. Aku sudah janji akan naik bus bareng Rina kemarin malam,” sambar Dian cepat. Dian pun bergegas pergi setelah berpamitan dan mencium tangan Ayahnya. Aku mengantarkan Dian sampai gerbang depan rumah. “Ayah, aku juga berangkat kuliah dulu ya,” kataku sambil mengecup tangan Ayah. “Hati-hati di jalan ya nak,” balas Ayah.
Dian menyukai seorang cowok di kelasnya namun tak pernah berani menunjukannya. Namun, dia terus secara sembunyi-sembunyi memperhatikan apa-apa saja hal yang disukai oleh Gilang, cowok idamannya itu supaya bisa dia terapkan untuk mulai membuatnya menengok ke arahnya. Terdengar sangat klise memang. Namun itulah yang adikku lakukan untuk menaklukkan hati pangeran incarannya.
“Oh, aku suka cewek yang dandanan dan sifatnya seperti cewek Korea yang banyak ada berseliweran di televisi. Mereka cakep-cakep lagi juga pandai menari. Itu sangat menarik buatku.” Cerita Gilang panjang lebar menjelaskan kriteria cewek idamannya pada teman-teman dekatnya sewaktu jam istirahat di kelas suatu siang.
Tanpa menunggu lama, sepulang dari kampus pun Dian langsung mengubah penampilannya. Dia mulai mencat rambutnya. Memakai kontak lens berwarna biru cerah yang membuat matanya terlihat berbinar dan jujur saja mirip boneka. “Wah, eksperimen gaya baru ya?” komentarku waktu itu. Tapi Dian hanya menanggapi komentarku itu dengan santai. “Ini namanya gaya yang trendi dan berkelas kak.” Dian pun mulai juga mempelajari tarian modern khas artis-artis Korea yang sedang naik daun saat ini. Dia mulai meninggalkan dunia tarik suara yang sudah cukup lama digelutinya sejak ia masih duduk di bangku SMP kelas satu dulu. Dan tentu saja yang menjadi fokusnya adalah menarik simpati Gilang dengan bela-belain belajar tarian ala grup-grup musik Korea tersebut. Dia selalu nampak kelelahan setiap pulang ke rumah sehingga langsung tidur di kamarnya.
“Aku juga suka cewek yang punya badan proporsional. Mereka yang seperti itu membuatku ingin memacarinya” lagi alasan lain dikemukakan oleh Gilang kepada teman-temannya dengan suara yang sedikit keras hingga bisa terdengar ke seluruh penjuru kelas yang agak sepi waktu istirahat siang hari itu. Gilang memang cowok tampan yang populer di sekolah. Banyak anak cewek di kampus menganggapnya sebagai sosok cowok sempurna dengan fisik bagus, jago olahraga, juga pintar dan banyak kelebihan lainnya. Paling tidak itulah yang aku dengar dari lingkungan sekitar kampus tentang dirinya. Dampak kepopuleran Gilang nampaknya juga telah mempengaruhi Dian adikku.
Semenjak itu pula Dian jadi rajin mengikuti program diet ketat dan juga berolahraga di sebuah pusat kebugaran tiga kali dalam seminggunya. Aku dan Ayah hanya bisa terheran-heran melihat Dian yang setiap hari selalu langsung masuk dan mengunci kamarnya. Wajahnya tampak selalu letih dan kelelahan akibat kegiatannya yang terlalu menguras tenaga. Tapi aku dan Ayah mengira bahwa Dian memang ingin melakukan transformasi besar pada dirinya menjadi pribadi yang lebih baik. Kami pun sepakat untuk mendukungnya. Sudah tiba waktunya bagi Dian untuk menentukan jalan hidupnya sendiri, pikir kami waktu itu.
“Aku juga suka cewek yang cerdas dan modis” Itulah alasan ketiga dan terakhir yang diungkapkan Gilang kepada teman-temannya. Dian pun mengikutinya. Dia belajar semua tentang hal-hal tentang mode demi mendapatkan pengakuan dari Gilang sebagai cewek cerdas dan modis. Semua usahanya itu tak sia-sia.
Dian tersipu ketika dirinya ditembak Gilang. “Dian, kamu mau jadi pacarku?” Begitulah kira-kira pertanyaan yang dilontarkan Gilang untuk seketika melelehkan hati Dian untuk mengatakan jawaban yang singkat namun membuat kita melayang hingga ke langit tingkat tujuh saking bahagianya. Jawabannya tentu saja adalah ya. Mereka pun resmi berpacaran. Mereka menjalani hubungan sebagai sepasang kekasih dengan bahagianya seperti kebanyakan pasangan pada umumnya. Namun setelah sekian lama berpacaran, mulai muncul sifat-sifat asli Gilang yang membuat Dian semakin tersiksa secara batiniah. Dian mulai sering pulang dan menangis sendirian di kamarnya tanpa Ayah tahu. Karena Dian pulang pada jam-jam dimana Ayah sedang bekerja di suatu sekolah swasta sebagai seorang kepala sekolah. Hanya aku yang selalu ada di rumah saat itu dan mendengar Dian menangisi dirinya sendiri di kamar.
Awalnya aku hanya bisa diam dan membiarkan Dian sampai dirinya kembali tenang. Aku pun memandangi foto ibu yang terbingkai bingkai foto kayu berwarna coklat tua yang diletakkan di atas meja kecil di sebelah televisi di ruang keluarga. Disitu ibu tampak cantik dengan kebaya warna biru tuanya. Di wajahnya terlukis senyuman yang mirip sekali dengan senyuman Dian. Andai saja ibu masih ada saat ini dan melihat Dian yang demikian pastilah ibu akan sangat sedih.
Hari-hari terus berlalu bagi Dian dengan penuh air mata. “Pokoknya kamu harus menuruti apa kataku! Kalau tidak kau akan terima akibatnya!” begitulah ancaman yang diumumkan oleh Gilang kepada Dian. Sebagai seorang wanita yang secara fisik tentu tak sekuat laki-laki, Dian pun tak berani melawan Gilang. Aku pun tak tahan melihat penderitaan Dian yang semakin menjadi dari hari ke hari. Dian tak pernah mau menceritakan hubungan asmaranya yang sudah sangat pantas untuk segera diakhiri. Hingga suatu hari aku pun akhirnya muak menahan emosi ini sendiri dan membujuk Dian untuk bercerita. “Aku kenal kamu hampir 20 tahun. Itu bukan waktu yang sebentar. Ini bukan dirimu.” kataku. “Tapi kak, aku mau dia menyukaiku. Ini upayaku untuk menemukan cinta. Apa itu salah?” Inilah yang aku khawatirkan. Semuanya nyata. Aku menghela nafas. “Ini bukan persoalan salah atau benar.” Dia menatapku dengan seksama seolah menungguku melanjutkan kalimatku. “Kamu boleh saja berusaha menemukan cinta, tapi bukan seperti ini caranya. Maksudku adalah kau tak perlu menjadi orang lain untuk menemukan cinta. Jadilah diri sendiri, tapi tetaplah rendah hati. Percayalah, kamu akan temukan cinta, cinta yang sejati.” Kami berdua berdebat hebat waktu itu. Namun, akhirnya Dian mau mengerti dan sadar bahwa kakaknya benar. Dian yang selama ini menggilai Gilang bukanlah dirinya melainkan cerminan akan apa yang diinginkan Gilang akan sosok cewek idamannya.
Keesokan harinya aku pun mengantar Dian ke kampus karena memang kami berkuliah di universitas yang sama. Disana kami pun berpisah di persimpangan di depan koridor menuju kelas. Saat aku hendak melalui koridor yang ada dan menuju tangga untuk naik ke lantai tiga, aku melihat Dian bertemu Gilang. Dian yang sekarang adalah Dian yang dulu aku kenal. Dian yang periang dan nyaman dengan gayanya sendiri. Rambutnya yang hitam legam dan berombak sebahu terurai dan matanya yang coklat tampak berbinar. Ketika bertemu Dian yang sekarang, Gilang tampak kaget. “Dian?! Apa ini beneran kamu? Aku kan sudah bilang kalau aku suka tampilan ala Korea. Kenapa kamu berubah?! Kamu mau cari gara-gara sama aku?!” Dian tampak santai menghadapi Gilang. Di wajahnya tak tersirat sedikit pun ketakutan pada cowok yang dulu sempat membuatnya tergila-gila, jatuh cinta, berbunga-bunga, dan bahkan menyakitinya. “Inilah aku. Kalau kamu gak suka ya sudah, kita putus aja. Masalah selesai” jawab Dian dengan penuh percaya diri. Sinar wajahnya nampak bercahayakan keberanian yang dapat terpancar dari kejauhan aku memandang. Aku yang sempat mendengar keributan itu memutuskan untuk berhenti dan mendekat ke arah mereka sambil tetap menjaga jarakku serta mengamati mereka dari kejauhan.
“Beraninya kamu melawan kehendakku?! Dasar..!” tangan Gilang pun menyambar cepat menuju ke arah wajah Dian. Dian tak sempat mengelak. Namun, aku tahu kalau ini akan terjadi. “Apa yang kau lakukan?! Jangan campuri urusan kami berdua!” teriak Gilang ketika aku berhasil menepis tangannya dan mendorongnya dengan sekuat tenaga hingga ia jatuh ke lantai. Dian selamat dari tamparan maut itu. “Jangan ganggu adikku!” suaraku terdengar menggelegar hingga menarik perhatian orang banyak yang berseliweran di kampus hingga mereka semua menoleh ke arah kami. “Sudah cukup Dian menderita karenamu!” Gilang tak mau kalah. Dia bangkit berdiri dan berlari ke arahku hendak melayangkan tinjunya ke wajahku. Aku pun dengan sigap menghindarinya dan mendorong jatuh dirinya. Kami berdua pun bergulat dengan hebat di lantai saat itu. Dosen-dosen dan satpam kampus yang mendengar keributan itu segera datang dan melerai kami berdua. Kami pun berakhir di ruangan dekan untuk menerima skorsing selama sebulan karena ulah kami.

Dian pun membuka amplop suratku satu-satunya yang sengaja aku tinggalkan untuknya mengetahui bahwa aku akan segera pergi. Air mata Dian pun tak terbendung membaca isi surat yang kutuliskan tersebut.
“Dian, maafkan kakak kalau kakak seolah tak peduli padamu waktu kau sedang mengalami masa-masa sulit itu. Kakak pikir kakak harus diam untuk memberimu waktu sendiri. Nampaknya kakak telah membuat kesalahan. Kalau saja kakak tahu waktu itu kau butuh dukungan dan kau mau bercerita mungkin kakak bisa mencarikan jalan keluar yang lebih baik tanpa harus berkelahi dengannya. Namun, satu hal yang harus kamu ingat. Akhirnya semua indah pada waktunya Dian. Maaf kakak tak bisa menemanimu di hari yang paling berbahagia untukmu dan Gilang. Tetapi, walaupun tubuh kakak telah habis lenyap dimakan waktu dan penyakit ini, kakak akan selalu ada, bukan di sampingmu, tapi di dalam hatimu. Selamanya. Dengan cinta, Bintang.”
“Itulah surat yang ditinggalkan paman kalian, Bintang untuk ibu kalian sebelum dia pergi ke surga,” cerita Gilang kepada kedua anaknya Cahaya dan Kasih. “Surat itulah yang menyatukan kami berdua. Ibu kalian menyebut surat tersebut dengan sebutan surat kristal dari Bintang,” tutup Gilang. Dia mengecup kening kedua putri kecilnya dan mengucapkan selamat malam untuk keduanya.







Cerpen Karangan: Widyanto Gunadi


Mike. Adalah nama yang pernah menjadi bagian hidupku. Dia adalah orang yang pernah mengisi hari-hariku dengan cintanya. Tapi cinta tidak selamanya indah. Saat lulus SMA, aku dan Mike memilih mengakhiri hubungan kami yang sudah dua tahun kami jalani. Entah kenapa saat Mike menanyakan keputusanku. Aku dengan pelan mengangguk setuju. Itu adalah penyesalan yang selalu membuatku kecewa setengah mati. Kini aku tidak bisa menemukan pengganti Mike. Meskipun aku kuliah di Universitas yang cukup termahsyur di kota kami. Yang mahasiswa-mahasiswanya semua ganteng-ganteng plus smart juga. Tapi aku nggak pernah menemukan seseorang yang dapat menggantikan Mike di hati ini. Nama Mike sudah terlanjur ku tulis dalam-dalam di hatiku. Hingga sulit bagiku untuk menghapus namanya begitu saja.
Setiap kali aku berniat untuk Move On! Namun lagi-lagi aku nggak bisa. Wajah Mike yang sendu dan penuh ketenangan selalu hadir di ingatanku. Entah sudah 3 tahun tidak pernah bertemu lagi dengan Mike. Berangsur-angsur aku merasakan sudah sedikit demi sedikit bayangan Mike menjauh dari pikiran. Kini berganti dengan seorang cowok mahasiswa baru di Jurusanku. Yang kebetulan satu ruangan denganku. Namanya Chiko. Dia sangat baik dan langsung akrab denganku. Entah mungkin karena aku juga yang pandai bergaul dan enggak sombong kaya yang lainnya.
“Alissa?” panggil Chiko sambil berlari kearahku.
“ada apa Chiko?” tanyaku singkat.
“loe ada acara nggak ntar malam?” Chiko balik nanya.
“nggak tau! Palingan lanjutin ngetik proposal aja!” jawabku enteng.
Chiko tampak berpikir.
“ya udah gue janji bantuin loe bikin proposal loe. Tapi loe mau nggak jalan sama gue malam ini? Sekalian refreshing dikit dari kegiatan kuliahan?” bujuk Chiko. Dan aku hanya tersenyum.
“kenapa kok senyum?” tanya Chiko agak risih dengan tingkahku.
“ya abis loe betul juga Chiko? Gue lama nggak jalan-jalan. Soalnya setiap hari selalu ada tugas loe tau juga kan..” ucapku sambil tersenyum lagi.
“berarti mau dong jalan sama gue ya, Al?” tanya Chiko memastikan.
“okey, Chikko. Gue mau!”
Chikko tampak senang. Dan hampir memeluk aku. Aku menjauh dan dia tampak tersenyum geli.
“yess!” seru Chiko. “Kalo gitu gue anterin pulang ya, Alissa?”
“gimana ya? Gue rasa gue bisa pulang sendiri deh.” gumam ku sambil menepuk-nepuk daguku.
“yah elu, Alissa! Alasan doang. Udah yuk gue anterin ya?” pinta Chiko memohon-mohon sambil membungkukkan badannya.
Aku sengaja diam. Dan sengaja membuat Chikko menunggu.
“aduh aduh? Punggung ku udah pegel nih, Al?” saat Chikko berdiri, aku sudah nggak ada di depannya. Jadi, dia kelabakan sendiri. Aku langsung nyamperin dia dari belakangnya.
“kena deh!” gurauku sambil menepuk bahu Chikko. Dan Chikko tampak terheran-heran.
“ihh elo ya, Alissa bikin gue bingung aja!” ucap Chiko sambil memencet hidungku. Tidak sakit sih, tapi aku balas dengan mencubit pinggangnya. Lalu aku langsung lari dan Chiko segera mengejar langkahku yang tidak terlalu cepat larinya.
Ah! Hari yang indah! Hehe.
Malam ini Chiko menjemputku dari rumah. Dia berpamitan dengan sangat sopan. Orangtuaku percaya dengan Chiko yang memang anak orang baik-baik dari keluarga yang berada di rentetan konglomerat.
Saat sampai di Taman. Ternyata Chikko sudah menyediakan dua kursi dan satu meja bundar semua bercat warna pink. Dan menambah indahnya di atas meja ada dua minuman jus dan sebuah kotak warna biru berpita pink. Di salah satu meja ada sebuah gitar. Sejenak aku terpesona melihat kejutan dari Chikko teman baruku ini.
“ini semua buat kamu Al.” ucap Chiko sambil menggenggam erat tanganku dan memandangku dengan penuh kebahagiaan.
Aku cuman mengangguk.
Lalu Chiko mempersilakanku duduk. Dan dia langsung duduk sambil memainkan gitarnya. Lagunya “Someone Like You”. Aku sangat tersentuh mendengar lagu Adelle. Yang dinyanyikan Chiko dengan penuh perasaan. Aku menduga bahwa Chikko ada maksud di balik semua ini.
Saat berhenti menyanyi Chikko menyuruhku membuka kotak itu. Lalu dengan hati-hati aku membukanya. Ternyata di dalamnya ada es krim, coklat dan sebuah kotak surat. Lalu aku membacanya “ALISSA MAUKAH KAMU MENJADI PACARKU?”
aku terkagum.
Chikko menggenggam tanganku.
“Alissa maukah kamu menjadi pacarku? Jujur selama ini aku diam-diam suka sama kamu..” ucap Chiko penuh harapan.
Aku menunduk malu. Dan merasakan jantungku berdebar-debar dan berdegup kencang.
“pliss, Alissa? Aku mohon jawab sekarang. Kamu adalah orang pertama yang telah mengubah duniaku menjadi terasa indah..” tutur Chikko tulus.
Aku mengangkat mukaku. Dan memandang Chiko yang tampak gugup juga. Tapi dia tetap tenang dan sangat tenang saatku memandangnya. Tiba-tiba aku mengingat Mike. Tapi dengan cepat aku membuang ingatan itu dan berdoa dalam hati untuk melupakan nama Mike selamanya.
“A.. Aku mau, Chiko..” jawabku akhirnya. Dan Chiko tampak bahagia. Aku juga merasa lega karena Chiko juga mengubah duniaku menjadi terasa indah dari sebelumnya.
Malam ini kami resmi jadian. Dan kami melepaskan sebuah balon yang berisi harapan-harapan indah aku dan Chikko.
Pesan Moral: “Jangan pernah putus asa! Jalan untuk Move On selalu terbuka :)”








Cerpen Karangan: Mariana